Minggu, 08 Januari 2012

skripsi

ABSTRAK

ASMUDI: “Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak”. Skripsi, Pontianak: Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak.
Penelitian ini betujuan untuk membuktikan: 1) Peningkatan pemahaman siswa tehadap materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebelum penerapan strategi Matrik Ingatan. 2) Peningkatan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ketika penerapan strategi Matrik Ingatan. 3) Peningkatan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) setelah menerapkan strategi Matrik Ingatan.
Penelitian ini dibatasi oleh fokus penelitian, yaitu untuk mengetahui: 1) Bagaimana proses kegiatan pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) yang berlangsung selama ini dikelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak. 2) Apakah dengan menggunakan Strategi Matrik Ingatan dapat meningkatkan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan bentuk Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas. Sumber data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu mencari informasi yang dibutuhkan dan untuk memudahkan penelitian ini, yaitu: 1) Guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak berjumlah 1 orang. 2) Siswa kelas VIII MTs Islamiyah Pontianak berjumlah 26 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi langsung dengan alat pedoman observasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan persentase berdasarkan nilai rata-rata siswa yang diperoleh dari sebelum tindakan, dan sesudah tindakan pada siklus I dan siklus II.

Berdasarkan pada analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Proses pembelajaran SKI di kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak sebelum di lakukan tindakan, guru cendrung menggunakan metode konvensional yaitu; metode ceramah dan tanya jawab. 2) Strategi Matrik Ingatan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran SKI ditandai dengan hasil persentase. Sebelum menerapkan strategi Matrik Ingatan nilai rata-rata siswa dengan persentase 58,46%. Ketika menerapkan strategi Matrik Ingatan pada siklus I meningkat dengan persentase 67,69%. dan pada siklus II dengan persentase 72,30%. Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengalami peningkatan yang segnifikan ketika dan setelah menerapkan strateggi Matrik Ingatan di kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun pelajaran 2009/2010.
BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Aktivitas belajar mengajar tidak terlepas dari cara guru memilih gaya mengajar dengan model pembelajaran sebagai suatu cara menumbuhkan terjadinya interaksi pembelajaran. Melalui model pembelajaran ini guru dapat mengimplementasikan keterampilan mengajar yang dimilikinya. Keterampilan guru dalam menggunakan dan memilih model pembelajaran yang tepat akan sangat membantu pencapaian tujuan pengajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain (1999:1) mengatakan bahwa Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, interaksi yang edukatif dikarenakan kegitan belajar mengajar yang dilakukan,diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang teleh dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Oleh karena itu, Seorang guru yang profesional, haruslah dapat menguasai dan menerapkan model pembelajaran yang dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Untuk itu dalam setiap proses pembelajaran hendaknya selalu terjalin interaksi yang baik antara siswa dan guru, sehingga suasana belajar di kelas menjadi menyenangkan dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal, banyak hal yang di ingat akan hilang dalam beberapa jam, mempelajari bukanlah menelan semuanya. Karena untuk mengingat apa yang telah di ajarkan siswa harus mengelolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat serta merta menuangkan sesuatu kedalam benak para siswanya karena mereka sendirilah yang harus menata apa yang mereka dengar dan di lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Berdasarkan kenyatan yang peneliti temukan kurangnya pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak, terlihat sedikit sekali siswa dalam mengajukan pertanyaan, cara guru mengajar masih bersifat konvensional sehingga siswa tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, sebagian siswa kurang mencatat pelajaran yang dijelaskan oleh guru, setelah di tes siswa cendrung rendah, ketidak seriusan siswa dalam proses belajar, masih banyak siswa yang berbicara diluar pelajaran dengan temannya, keluar masuk kelas dan bahkan ada yang mengantuk di dalam kelas pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran.
Dari permasalahan tersebut untuk menghindari situasi belajar seperti yang telah diungkapkan diatas maka, untuk kedepannya peneliti merasa seorang guru perlu menerapkan strategi-strategi yang dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa terhadapa materi pembelajaran SKI, karena materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ini terbilang amat luas, sehingga memerlukan kemampuan guru sebagai pengajar adalah menentukan yang mencakup pemahaman, hafalan dan pengetahuannya
Dalam hal ini upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran SKI, peneliti memilih strategi Matrik Ingatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran pada materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs. Islamiyah Pontianak. Dengan berlandaskan apa yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan kemampuan Siswa dalam memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah Dan Submasalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan, selanjutnya rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, adalah: “Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak”.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dan upaya memperjelas penyelesaian masalah dalam PTK ini akan dirumuskan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang berlangsung selama ini di kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak Selatan?
2. Apakah dengan menggunakan Strategi Matrik Ingatan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak?

C. Tujuan Penelitian
Setiap diadakannya suatu penelitian pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan kemampuan Siswa dalam Memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak. Sedangkan tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapat kejelasan tentang :
1. Untuk mengetahui Proses kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang berlangsung selama ini di kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak Selatan.
2. Untuk mengetahui Apakah dengan menggunakan Strategi pembelajran Matrik Ingatan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak.



D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan strategi pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah ilmu pendidikan yang digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan keilmuan khususnya mengenai penerapan strategi pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
b. Bagi peneliti dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama dalam perkuliahan. Pengalaman yang diperoleh selama melakukan penelitian ini dapat menjadi suatu masukan serta ilmu yang berguna untuk melakukan tugas dikemudian hari dan menjadi pra syarat penyelesaian perkuliahan.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Manfaat bagi peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan tambahan melalui penerapan disiplin ilmu yang telah diperoleh.
b. Bagi pihak sekolah khususnya guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) diharapkan dapat menjadi bahan masukan, bagaimana memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.
c. Pembaca, sebagai referensi tambahan dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai penggunaan strategi pembelajaran aktif.
d. Bagi STAIN, khususnya jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam diharapkan sebagai masukan dan memantapkan lagi dalam penguasaan strategi pembelajaran aktif sebelum turun kelapangan sehingga kegiatan PPL berlangsung mahasiswa dapat mengaplikasikan kepada peserta didik


















BAB II
PENERAPAN STRATEGI MATRIK INGATAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara bahasa strategi bisa diartikan sebagai siasat ”kiat” atau cara. Sedangkan secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Pupuh Fathurrohman, 2007:3)
Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan meliter dan diartikan sebagai seni merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan (Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetyo 1997: 11).
Dalam kaitannya dengan belajar mengajar pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Menurut W. Gulo (2004:2) Istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran didepan kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Strategi belajar mengajar adalah sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan antar komponen pengajaran dimaksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan secara efektif.
2. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Menurut Newman dan Logan (dalam Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 1997:12) strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah yaitu:
a. Pengedentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
c. Pertimbngan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan dugunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.
Dari keempat uraian diatas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar mengajar, maka strategi belajar mengajar pada dasarnya memiliki implikasi sebagai berikut:
a. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui pembelajaran.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi, dan pandangan filosofis masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik mengajar.
d. Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan belajar.
Dalam menerapkan sebuah strategi pembelajaran, tidak terlepas dari prinsip pengajaran, menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003 : 24-27) prinsip-prinsip pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar dikelas sedang berada dalam proses perkembangan, dan akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Dalam memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut.
b. Prinsip Perbedaan Individu
Setiap siswa memiliki pembawaan yang berbeda-beda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda, guru perlu mengerti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa ini. Baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan.
c. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Dalam pengajaran, Setiap bahan ajar dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipennuhi.
d. Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran yang menuntut siswa banyak melakukan Aktivitas.
e. Motivasi
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau motif. Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan yang merupakan kebutuhan tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motivasi memiliki peran yang cukup besar didalam upaya belajar. Tanpa motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar.
3. Lankah-Langkah Strategi Pembelajaran
Ada 5 Komponen strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey dalam (Hamzah B. Uno, 2008:3) yaitu,
a. Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
b. Penyampaian informasi.
c. Partisipasi peserta didik.
d. Tes, dan
e. Kegiatan lanjutan.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut: (Hamzah B. Uno, 2008:3)
a. Orientasi strategi pada tugas pembelajaran
b. Relevan dengan isi/ materi pembelajaran.
c. Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan
d. Materi pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik secara simultan.
Dalam penerapan strategi pembelajaran unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain, pemahaman tidaklah hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dapat dipahami oleh siswa, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat tercapai secara maksimal.
4. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran
Tahap-tahap pelaksanaan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar, menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, (1997 : 32) dapat diperinci sebagai berikut:
a. Perencanaan, meliputi:
1) Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya.
2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.
3) Mengembangkan alternatif-alternatif
4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi
5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.
b. Pengorganisasian
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka yang efesien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
2) Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
4) Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
5) Memilih, mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.
c. Pengarahan
1) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci
2) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.
3) Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik.
4) Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi.
d. Pengawasan
1) mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana.
2) Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
Tahap-tahap pelaksanaan strategi pembelajaran adalah cara-cara atau metode yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkungan dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat dicapai secara efisien dan berhasil guna.





B. Strategi Matrik Ingatan
1. Pengertian Strategi Matrik Ingatan
Dalam kamus bahasa Inggris Indonesia (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2000:379) Metrik berasal dari kata metric yang artinya sistem. Istilah sistem berasal dari bahasa yunani “Systema” yang mempunyai pengertian: 1) Suatu keseluruhan dari sekian banyak bagian. 2) Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur (Tatang M. Amirin. 1996: 1) Jadi istilah sistem mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.
Strategi Metrik Ingatan adalah strategi yang mengacu kepada ranah kognetif atau Strategi kognitif (cognitive strategy), menurut Muhibbin Syah (2004:51) strategi kognetif adalah yang berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi uapaya-upaya yang bersifat kognetif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognetif atau kebiasaan-kebiasan belajar (cognitive preferences) siswa. Pilihan kebiasaan ini secara garis besar terdiri dari ; 1) Menghafal prinsip-perinsip yang terkandung dalam materi. 2) Mengaplikasikan prinsip-prinsip materi.
Strategi Matrik Ingatan adalah strategi yang berbentuk metrik yang terdiri baris-baris kosong atau satu kolom kosong yang telah di isi. Strategi ini dapat mengevaluasi kekuatan daya ingat siswa akan materi atau konsep pelajaran yang di anggap penting dan juga hubungan antar materi, juga, strategi ini dapat menilai kecakapan siswa untuk mengorganisir informasi kedalam kategori-kategori tertentu.
2. Langkah-Langkah Strategi Matrik Ingatan
Mengenai persiapan dan langkah-langkah penggunaan strategi metrik ingatan, menurut Hisyam Zaini, dkk, (2004: 144) yaitu:
a. Pertama, guru membuat satu metrik kosong yang terdiri kolom-kolom dan baris-baris,
b. Kemudian, guru mengisi satu ruang yang kosong dengan fakta atau konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan.
c. Guru memastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul baris.
d. Guru meminta siswa untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris yang tersedia.
e. Setelah selesai diisi siswa guru mengumpulkan hasil kerja metrik ingatannya dan guru siap untuk mengoreksi hasil kerja siswa.
3. Tujuan Strategi Matrik Ingatan
Tujuan dari strategi metrik ingatan ini antara lain: (Hisyam Zaini dkk, 2004: 145) yaitu:
a. Meningkatkan kecakapan menghafal
b. Meningkatkan kemampuan membaca
c. Meningkatkan kecakapan belajar, strategi dan kebiasaan
d. Mempelajari tema-tema dan fakta-fakta ilmu pengetahuan
e. Mempelajari konsep-konsep dan teori-teori ilmu pengetahuan.
Selain itu strategi metrik ingatan ini dapat berfikir sederhana, seperti mengingat dan menghafal fakta-fakta, selain itu juga strategi ini dapat menjelaskan hasil hafalan siswa dengan bahasa sendiri dan dapat dikerjakan secara berpasangan atau kelompok kecil dan juga dapat mengulangi materi yang bersifat faktual untuk keseluruhan pelajaran
Adapun keuntungan dan kelemahan dari strategi strategi metrik ingatan tersebut yakni melatih kesiapan siswa, saling memberikan pengetahuan, mengaktifkan siswa, menciptakan semangat belajar siswa, dan memberi siswa tantangan untuk bekerja keras serta tanmggung jawab yang penuh. Kelebihan strategi dari metric ingatan mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Keuntungan
1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap pelajaran yang mereka pelajari.
2) siswa dapat mudah meringkas bahan ajar yang dipelajari di dalam kelas.
3) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokratis, berpikir kritis.
4) pelajaran yang di dapat mudah dipahami oleh para siswa karena mereka secara aktif mengikuti pelajaran.
b. Kelemahan
1) Ada sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam kelompok sehingga menimbulkan sikap cuek dan acuh tak acuh sehingga tidak bertanggung jawab atas tugasnya itu.
2) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.
3) Karena pembelajaran ini berpusat pada siswa, maka keberhasilan terletak pada kemauan dan kemampuan siswa bukan pada guru atau pengajar.

C. Pemahaman
1. Pengertiaan Pemahaman
Menurut Anas Sudijono (1998:50) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Sedangkan menurut Abdurahman Abror (1993:163) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah tingkat kemampuan yang diharapkan dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihat dari berbagai segi.
Konsep pemahaman merupakan bagian dari taxonomi ranah kognetif, Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman dalam ranah kognitif adalah kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran, Hal ini ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap pengertian dari sesuatu. Hal ini dapat dipertunjukkan dalam bentuk menterjemahkan sesuatu. Misalnya angka menjadi kata atau sebaliknya, menafsirkan sesuatu dengan cara menjelaskan atau membuat intisari dan memperkirakan kecendrungan pada masa yang akan datang.
Dalam sebuah pembelajaran, tujuan utamanya adalah untuk memberrikan perubahan terhadap peserta didiknya, di antaranya adalah yang awalnya tidak tahu, yang awalnya tidak mengerti menjadi mengerti, yang awalnya tidak paham menjadi paham, setelah peserta didik paham dengan materi yang di ajarkan, diharapkan adanya perubahan, baik secara kognetif, afektif maupun psikomotorik.
Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal, agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa tugas guru adalah menyatakan hubungan atau apa yang sedang dipelajari dengan apa yang yang telah diketahui oleh siswa.
Peningkatan pemahaman merupakan aspek kognetif dari Taxonomi Blom, adapun aspek pemahaman ini adalah :


a. Kemampuan umum meliputi, yaitu:
1) Memahami fakta-fakta
2) Memahami prinsip-perinsip
3) Manafsirkan bahan tertulis, char dan grafik
4) Menterjemahkan
5) Perkirakan akibat
b. Kata kerja operasional yaitu:
1) Mengubah
2) Menguraikan
3) Menjelaskan
4) Merumuskan
5) Merangkum
6) Memberikan contoh
7) Meramalkan
8) Menyimpulkan
9) Memperkirakan
10) Menerangkan
11) Menggantikan
12) Menarik kesimpulan
13) Membuktikan


Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) adalah usaha yang dilakukan guru untuk menaikkan taraf kemampuan siswa dalam menangkap makna tentang konsep nilai tempat, pemahaman yang dapat dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengetahuan pengalaman yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Proses pemahaman inilah yang lebih penting dari pada hasil belajar sebab pemahaman akan bermakna kepada materi yang dipelajari.
2. Bentuk-Bentuk Pemahaman
Adapun bentuk-bentuk pemahaman menurut Subino (1987:20) yaitu:
a. Penterjemahan
Penterjemahan (comprehension) di definisikan oleh perhatian dan tepatan yang dengan itu komunikasi dinyatakan dengan kata-kata sendiri atau dinyatakan dari bahasa yang satu ataupun bentuk komunikasi yang satu kepada yang lain. Penterjemahan ini ditimbang atas dasar kesaksamaan dan ketepatan, yakni sejauh mana materi dalam komunikasi yang asali masih tetap terpelihara sekalipun benmtuk komunikasi tersebut sudah diubah. (Subiono 1987:20)
b. Penafsiran
Penafsiran adalah menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan myang diketahui berikutnjya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. (Nana Sudjana, 2004:24)
c. Extrapolasi
Extrapolasi Adalah pemanjangan kecendrungan-kecendrungan untuk menentukan implikasi-implikasi, akibat-akibat, pengaruh-pengaruh, dan sebagainya yang sesuai dengan kondisi-kondisi sebagaimana digambarkan dalam komunikasi aselinye. Sebagai contoh keterampilan memperkirakan kelanjutan suatu kecendrungan; kemampuan bekerja dengan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari suatu karya dalam arti inferensi segera yang dibuat dari pernyataan-pernyataan yang eksplisit. (Subiono 1987:20)
Penterjemahan meliputi membeda-bedakan masalah yang luas dari komponen utama kedalam tulisan yang kecil-kecil, mengatur kembali, merenstruktur komponen sehingga ia dan orang lain dapat mengevaluasinya. Penafsiran meliputi kemampuan mengira-mengira atau memproduksi lebih lanjut apa yang lebih pasti untuk menentukan implimentasi terhadap pandangan atau pendapat yang diekpresikan. Walaupun pertanyaan konprehensif kadang-kadang hanya memprihatinkan kemampuan berfikir yang relative rendah, kenyataanya akan meliputi tugas siswa sukar sehingga seorang guru memerlukan latihan untuk memperhatinkan hubungan jumlah waktu yang realistik diperlukan dengan respon terhadap pertanyaan yang komprehensif dan komplek. Extrapolasi merupakan kemampuan siswa menggarap informasi, menginterprestasi arti atau memberikan saran-saran lain, dapat juga meliputi kemampuan mengembangkan ringkasan yang lebih teliti, menuliskan kembali dalam bentuk verbal suatu pernyataan myang berbentuk symbol-simbol atau memberi contoh khusus untuk dapat mengilustrasikan ide yang abstrrak.
Selain itu ciri-ciri pemahaman menurut Ernest Hilgard (dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, 2003 : 21) ada enam ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:
a. Pemahaman dipengaruhi kemampuan dasar
b. Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu.
c. Pemahaman tergantung pada pengetahui situasi
d. Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba
e. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi
f. Suatu pemahaman dapat di amplikasikan bagi pemahaman situasi lain.
Pemahaman terhadap konsep pembelajaran adalah kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa, dan kemudian memperlakukan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu sebagai suatu kelas, disebabkan adanya sifat yang sama tersebut. Seorang peserta didik dikatakan telah memahami apabila ia telah mampu mengenali dan mengabstraksi sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya, peserta didik telah memahami keberadaan konsep tersebut tidak lagi terkait dengan suatu benda konkret tertentu atau peristiwa tertentu tetapi bersifat umum.
Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) dengan kemampuan pemahaman, adalah sebagai berikut.
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.
Dalam peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) tidak terlepas dari cara berfikir siswa terhadap konsep materi yang disampaikan, adapun langkah-langkah berfikir menurut Wasty Soemanto (2006 : 31-33 ) yaitu:
a. Pembentukan Pengertian; ini melalui proses mendiskripsikan cirri-ciri objek yang sejenis mengklarifikasikan cirri-ciri yang sama mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang, menganggap cirri-ciri yang hakiki.
b. Pembentukan pendapat ini merupakan peletakan hubungan antar dua buah pengertian atau lebih yang hubungan kitu dapat dirumuskan secara verbal berupa:
1) Pendapat menolak yaitu tidak menerima cirri-ciri dari sesuatu hal, misalnya saya tidak setuju.
2) Pendapat menerima/mengiakan yaitu menerima sifat dari suatu hal.
3) Pendapat asumtip yaitu mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal. Misalnya: mungkin anda salah mengerti, saya barangkali keliru.
c. Pembentukan keputusan ini merupakan penarikan kesimpulan yang berupa keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada. Mengenaimkeputusan ini dapat dibedakan atas:
1) Keputusan induktif yaitu yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menbentuk keputusan umum.
2) Keputusan deduktif yaitu yang diambil dari keputusan umum, membentuk pendapat khusus.
3) Keputusan analogis yaitu yang diambil dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami dan menguraikan apa yang telah dipelajari serta dapat memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. Jika siswa hafal dengan suatu materi tetapi tidak mengerti apakah isi materi, itu belum bisa dikatakan masuk pada jenjang pemahaman.



D. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
1. Ruang lingkup pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Di Tingkat Madrasah Tsanawiyah.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Perguruan Tinggi (PT), khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada umumnya Sejarah Kebudayaan Islam dirasakan lebih sulit untuk dipahami daripada ilmu-ilmu lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah mempelajari sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dialami oleh peserta didik, dan tidak adanya kesesuaian antara kemampuan peserta didik dengan cara penyajian materi sehingga mata pelajaran sejarah kebudayaan islam SKI dirasakan sebagai pelajaran yang sulit untuk diterima.
Metode dalam mengajar sejarah kebudayaan islam SKI menurut Muhammad Qadir Ahmad (1985: 165-166) adalah:
a. Apersepsi
Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada siswanya terlebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka pelajari sebelummya, sehingga setiap pelajaran dimulai akan terjadi keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru.
b. Penyajian
Guru dalam menyajikan cerita sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita dimana ia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut; a) menggunakan bahasa yang menarik; b) penyajian sejarah hendaknya priodesasi; c) menulis tokoh yang berperan dalam cerita yang diuraikan; d) dalm penyajian guru harus memperhatikan usaha mengkongkritkan pengertian melalui anake memik dan panto mimik agar tergugah perasaan siswa untuk mencintai tokoh pemeran sejarah tersebut.


c. Koreksi
Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dengan realita hidup sekarang.
d. Kesimpulan
Guru menyuruh agar siswa mengulang kembali cerita dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa priode demi priode.
e. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Fungsi penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam PBM adalah sebagai berikut; a) untuik mengetahui tercapainya tujuan pengajaran dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus TIK, b) untuk mengetahui keefektifan PBM yang telah dilakukan guru, dalam hal ini guru diharapkan kompeten dalam mengajar.

Mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) peneliti melihat materi yang dipelajari pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam SKI terutama pada kelas VIII di tingkat MTs menurut peneliti karakteristik dari mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) adalah banyak mempelajari nama-nama dan para penguasa/ pemimpin pada zaman terdahulu, mempelajari tahun yang bersejarah. Dan jika dibandingkan dengan mata pelajaran PAI yang lain Mata pelajaran SKI yang kenyataan selalu mempelajari tentang sejarah peradaban umat islam pada masa lalu. Sedangkan mata pelajaran PAI yang lain mempelajari bagian mana bentuk hukum islam yang harus dilaksanakan.

2. Hakekat Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Dalam penelitian ini mengambil mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI), yang mana sejarah merupakan perubahan dan kondisi yang dihadapi saat ini, prospek serta tantangan di masa depan merupakan bagian integral dari proses perkembangan yang telah terjadi sejak masa lalu. Berdasarkan pemahaman bahwa sejarah merupakan ilmu yang mempelajari proses perubahan dan keberlanjutan dalam dimensi waktu, menganalisis perkembangan agama dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan peradaban islam, kebudayaan islam, serta kehidupan islam dari masa lampau hingga sekarang maka, pengajaran di sekolah perlu dilaksanakan untuk membangun pemahaman keilmuan berperspektif waktu, memori bersama dan nilai bangsa. Jadi sejarah merupakan mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat di dunia dari masa lampau hingga kini.
Tujuan dan fungsi mempelajari sejarah terutama sejarah kebudayaan islam (SKI) bagi siswa adalah:
a. Mendorong siswa berpikir kritis, analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang.
b. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan yang berlanjut tentang kebudayaan islam.
d. Mengetahui peradaban islam pada masa lampau dan dapat menjadi pelajaran pada masa sekarang.
e. Dapat membandingkan kehidupan islam pada masa lalu dengan kehidupan islam pada masa sekarang.
Fungsi mempelajari sejarah kebudayaan islam (SKI) untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan peradaban islam dan perkembngan kebudayaan islam dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah kebudayaan islam dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan umat manusia di masa lalu.

3. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Matri pembelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, materi pelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting artinya untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran, materi pelajaran terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum atau aturan, dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran.
Adapun materi yang disajikan dalm penerapan strategi Matrik Ingatan di kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak adalah materi tentang tokoh ilmuwan muslim pada masa di Nasti Al-Ayyubiyah pada smester genap (smester II) dengan Standar kompetensi Memahami perkembngan Islam pada masa dinasti Abbasiyah. Kompetensi Dasar yaitu : 1) menceritakan sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiyah. 2) mendeskripsikan perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah. 3) Mengedentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa dinassti Ayyubiyah. 4) mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa dinassti Ayyubiyah. 5) meneladani keperwiraan salahuddin Al-ayyubi.

E. Kerangka Fikir
Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak. Dinilai lebih menekankan kepada aspek pemahaman siswa dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, membuat siswa lebih bergairah dalam suasana pembelajaran yang sengaja dirancang oleh gurunya.
Dengan kegiatan tersebut siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga pemahamannya terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) lebih baik. Dengan pemahaman yang baik diharapkan prestasi belajar siswa meningkat. Melalui penerapan strategi Matrik Ingatan dimaksud diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dari keterlibatannya secara aktif. Baik melalui proses mengeluarkan pendapat, melakukan aktivitas kerja maupun beraktivitas dengan teman-temannya sekelas dan gurunya








F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan definisi operasional tersebut maka alternatif tindakan yang ditawarkan, adalah :
Dengan menerapkan Strategi Matrik Ingatan pada materi pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI), memahami materi pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) kelas VIII di MTs. Islamiyah dapat meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN


A. Metode dan Jenis Penelitian
Dalam setiap penelitian memerlukan metode untuk mencari data dan menemukan jawaban terhadap masalah-masalah yang diteliti. Pendekatan yang digunakan haruslah tepat dan sesuai dengan fokus masalah agar tujuan penelitian dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, inti permasalahan tersebut adalah Penerapan Strategi Matrik Ingatan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memahami Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Kelas VIII di MTs Islamiyah Pontianak
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli Psikologi Sosial Amerika yang bernama Kurt Leving pada tahun 1946. di Indonesia PTK baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (zainal Aqib 2007: 13). Sementara itu Hopkins dalam wiraatmadja (2007:11) mengatakan bahwa PTK merupakan suatu penelitian yang mengkobinasikan prosedur peneelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam sistem inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong guru untuk memikirkan peraktek mengajarnya sendiri. PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap pengajaran dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran.
Model yang dikemukakan kurt lewing dalam Basuki Wibawa (2004:13) bahwa konsep inti PTK ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: Perencanaan (Planning), Aksi atau Tindakan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:







Figur 1.1 Model Action Research Kurt Lewing
Berdasarkan langkah-langkah yang digambarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan dasar yang sangat penting, saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. yaitu: 1) tahap perencanaan tindakan (planning), 2) tahap pelaksanaan tindakan (akting), 3) tahap pengamatan (observing) dan 4) tahap refleksi (reflekting). Namun sebelumnya tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis masalah. Tahapan pra-PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Dalam hal ini tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas PTK dapat digambarkan sebagai berikut:







Figur 1.2 Tahapan Pra PTK
Dalam tahapan pra-PTK ini merupakan suatu upaya reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan yang bersifat individual pada salah seorang siswa saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya aktivitas dikelas, takut untuk bertanya atau menjawab pertanyaan, rendahnya pemahaman siswa terhadap materi dan kurangnya keseriusan dalam belajar. Adapun tahapan pra-PTK ini sebagaimana yang digambarkan pada figur 1.2 dapat dijelaskan.
1. Tahapan Pra PTK
Pada tahap ini, peneliti melakukan pra observasi yakni melakukan identifikasi permasalahan yang dirasakan dalam proses pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi Masalah
b. Analisis Masalah
c. Rumusan Masalah
d. Rumusan Hipotesis Tindakan
Dalam identifikasi masalah peneliti dan guru berusaha menggali semua permasalahan yang dirasakan dalam proses belajar mengajar.setelah di dapat dan di paparkan secara terperinci, masalah tersebut kemudian dianalisis dan di batasi cakupannya dengan memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini permasalahan yang dipilih adalah permasalahan yang berkaitan dengan pemahaman belajar siswa. Selanjutnya masalah itu dirinci untuk memberikan gambaran tentang pentingnya masalah ditinjau dari pengaruh terhadap pembelajaran. Kemudian masalah yang dipilih tersebut dirumuskan dengan komperhensif, jelas dalam bentuk perrtanyaan setelah itu barulah dibuat rumusan hipotesis tindakan. Pada tahap identifikasi masalah, peneliti menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran meliputi; (a) Cara guru mengajar masih bersifat konvensional sehingga siswa tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, (b) Sedikitnya siswa mengajukan pertanyaan, (c) Sebagian siswa kurang mencatat penjelasan dari guru. (d) Sebagian siswa ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Dari beberapa permasalahan tersebut di atas, kemudian peneliti melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan, yakni permasalahan yang berkaitan dengan proses aktivitas belajar siswa yang ditinjau dari pengaruhnya terhadap pemahaman siswa dalam proses belajar. Setelah permasalahan tersebut di analisis maka dibuatlah rumusan hipotesis tindakan yang akan dilaksanakan dan hasil yang diperoleh.
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti mencoba menggunakan strategi Matrik Ingatan terhadap proses pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
2. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
Rencana tindakan dalam penelitian ini yaitu dengan tahapan kegiatan mulai dari merancang penelitian tindakan kelas PTK sesuai dengan permasalahan, melakukan identifikasi komponen-komponen pendukung yang diperlukan, menyusun desain tindakan sesuai model penelitian tindakan kelas PTK dan jadwal kegiatan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan untuk melaksanakan tindakan seperti kondisi, materi/ bahan, alat perangkat, dan sebagainya yang diperlukan didalam kelas yang akan dipakai untuk melaksanakan tindakan, menyusun prosedur dan yang terakhhir melakukan modifikasi jika dipandang perlu untuk mencapai tercapainya tujuan.
Pada tahap pertama ini, rencana tindakan dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan kajian pendahuluan (refleksi awal). Kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji berbagai permasalahan pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) kelas VIII. Pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) secara kolaboratif melakukan kegiatan dalam menyusun rancangan pembelajaran yang terkait dengan penerapan strategi metrik ingatan.
Dalam membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan perangkat yang dibutuhkan seperti: rencana pembelajaran yang dimiliki oleh guru mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI), bahan ajar, dan prosedur pelaksanaan strategi Matrik Ingatan yang akan diterapkan. Setelah semua perangkat terkumpul, selanjutnya peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunkan strategi Matrik Ingatan yang meliputi pemilihan materi, kemudian hasil rancanagan tersebut, didiskusikan dengan guru sehingga diperoleh kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilaksanakan dikelas.
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini peneliti bekerja sama dengan guru melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dengan cara mengkomunikasikan, mendiskusikan, dan bernegoisasi dengan guru SKI sehingga diperoleh kesepakatan tentang rencana tindakan . Tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana tindakan yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebelumnya. Dalam hal ini guru melaksanakan tindakan yang telah direncanakan. Sedangkan peneliti, mengamati jalannya pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini bukan hanya sebagai peneliti, akan tetapi peneliti juga berperan sebagai perencanaan, pengarah, pemotivasi, agar praktisi dapat menjalankan peranannya sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan.
Adapun rencana pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam SKI dengan menggunakan strategi metrik ingatan dalam penelitian ini adalah menurut Hisyam Zaini, dkk, (2004: 144) langkah-lagkah strategi metrik ingatan adalah, sebagai berikut:
a. Guru membuat satu matrik kosong yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris.
b. Kemudian guru mengisi satu ruang yang kosong dengan fakta atau konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan.
c. Guru memastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul baris.
d. Guru meminta siswa untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris yang tersedia.
e. Setelah selesai diisi oleh siswa, guru mengumpulkan kerja metrik ingatannya dan guru siap mengoreksi hasil kerja siswanya.
4. Tahapa Pengamatan Tindakan
Tahapan ini bersifat simultan dengan tahap pelaksanaan tindakan (akting). Pada tahapan ini peneliti melakukan pemantauan secara komperensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan yakni dengan mengunakan pedoman obsevasi yang dilengkapi dengan cacatan kegiatan lapangan sehingga diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
5. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengamatan (observasi) dalam hal ini, peneliti dan guru sejarah kebudayaan islam (SKI) mendiskusikan hasil pengamatan kegiatan tindakan yang telah dilakukan melalui kegiatan: (a) Melakukan analisis yang berkaitan dengan tindakan yang telah dilaksanakan. (b) Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. (c) Membahas kendala-kendala yang ditemukan berkaitan dengan tindakan yang dilakukan dan (d) Melakukan interprestasi, pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh untuk selanjutnya dilihat relevansinya dengan tiori serta rencana yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh hasil data observasi diatas, pada tahap reflesi ini pneliti juga menganalisis peningkatan hasil pemahaman siswa dengan memanfaatkan hasil presentase yang menggunakan statistik sederhana yang mengukur pemahaman siswa.
Setelah siklus pertama dilakukan dan dari kegiatan pengamatan serta penilaian secara reflektif diperoleh data yang menunjukkan adanya keharusan untuk melakukan daur ulang, maka perencanaan berikutnya merupakan perencanaan yang telah direvisi dan akan menjadi siklus kedua dan seterusnya demi perbaikan. Daur tindakan akan berhenti apabila sudah diperoleh justifikasi dari gagasan umum penelitian yang dikehendaki serta bila upaya perbaikan dianggap peneliti sudah berhasil.



B. Pemilihan Setting
Penelitian ini dilaksanakan dikelas VIII, bertempat di MTs. Islamiyah Pontianak penentuan kelas VIII berdasarkan hasil wawancara pada obsevasi awal yang dilakukan peneliti. Dipilihnya kelas VIII sebagai subyek penelitian didasarkan atas beberapa pertimbangan yang diberikan kepala sekolah sebagai berikut: penelitian ini di adakan dikelas VIII dengan alasan bahwa kelas VIII dipandang telah siap secara secara psikologis dari pada kelas VII yang baru beralih dari sekolah dasar (SD/ MI) yang membkutuhkan adaptasi dalam belajar dikelas barunya. Sedangkan dikelas IX tidak dapat diadakan penelitian dikarenakan sedang mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Nasional (UAN). Berdasarkan pertimbangan kepala sekolah tersebut peneliti menetapkan kelas VIII sebagai kelas yang tepat untuk diadakan penelitian tindakan kelas (PTK).

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik adalah cara yang di gunakan dalam mengumpulkan data dan informasi, sehubungan dengan itu Hadari Nawawi (2003:94-95) mengatakan bahwa teknik untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian ada beberapa teknik atau cara yang dapat dipergunakan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan fokus penelitian, maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah:

a. Observasi Langsung
Obsevasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penomena-penomina yang dijadikan objek pengamatan. Obsevasi sebagai metode pengumpulan data banyak digunakan untuk mengamati tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. (Farouk Muhammad dan H. Djali, 2005:31). Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:94) mengatakan bahwa, “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”
Obsevasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung partisipan. Dalam hal ini peneliti ikut ambil bagian dalam situasi yang dditeliti dan sebagai orang yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan tindakan. Observasi langsung ini dilakukan dalam rangka melihat proses penerapan strategi Matrik Ingatan yang dilakukan oleh guru sejarah kebudayaan islam (SKI), dan alat yang digunakan berupa pedoman observasi yang dilengkapi dengan catatan kegiatan pembelajaran. Observasi dan catatan kegiatan pembelajaran digunakan untuk memperoleh data dan gambaran mengenai proses pembelajaran SKI dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan yang memfokuskan pada kinerja guru dan siswa yang tampak selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran diamati dengan menggunakan alat berupa lembar observasi sesuai format yang disediakan.
b. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung berarti guru berkomunikasi secara langsung (interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran) dengan peserta didik di kelas yaitu antara lain dengan memberikan pretest ketika memulai proses pembelajaran (tes lisan).
c. Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi tidak langsung artinya guru tidak melakukan pembicaraan langsung dengan peserta didik tetapi berkomunikasi melalui parantara media lain misalnya dengan memberikan tes soal secara tertulis (tes tertulis).
d. Dokumentasi
Menurut Harus Rasyid (2000:58) dokumentasi adalah merupakan salah satu metode pengumpulan data non manusia secara sempit, dokumen dapat berupa teks tertulis, catatan-catatan, surat pribadi, biografi, autobiografi dan sebagainya.
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa bahan tertulis yang dijadikan sebagai salah satu sumber data. Teknik dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan cara observasi untuk mendapatkan data-data berupa silabus, RPP, dan foto-foto aktivitas belajar mengajar dikelas selama tindakan dilakukan.


2. Alat Pengumpulan Data

Sebelum lebih lanjut data direduksi, disajikan dan dilakukan verifikasi dan penarikan kesimpulan, proses analisis data dilakukan melalui kegiatan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dokumentasi, pedoman Obsservasi maupun catatan lapangan. Setelah di pelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah melakukan reduksi data dengan melakukan reduksi data dengan menyusun data kedalam satuan-satuan yang kemudian di kategorikan.
Data yang diperoleh pada penelitian ini dengan cara kuantitatif, sepanjang penelitian berlangsung dalam arti sejak pengumpulan informasi itu dilakukan, sejak itu pula analisis terhadap data ditemukan, adapun hal tersebut akan dijelaskan seperti berikut:
a. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh baik dengan metode komunikasi langsung dan tidak langsung, observasi, maupun dokumentasi segera peneliti analisis. Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui data apa yang sudah cukup, data apa yang perrlu dicari, pertanyaan apa yang belum atau sudah terjawab.
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan trasportasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data juga merupakan usaha peneliti untuk merangkum, memilih hal-hal pokok, atau mencari pola dari data-data tersebut menjadi lebih singkat, lebih tersusun secara sistematis, sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Dari data yang telah direduksi tersebut, akan memberikan gambaran kepada peneliti tentang hasil penelitian. Selain itu, dengan di lakukan reduksi tersebut akan memberikan gambaran kepada peneliti tentang hasil penelitian. Selain itu dengan dilakukan redduksi data akan mempermudah peneliti untuk mencari kemabali data yang akan diperoleh jika diperlukan.
c. Penyajian Data (Display Data)
Tahap penyajian data ini dilakukan yaitu dengan bentuk deskriptif analitik yang berarti interprestasi terhadap isi, dibuat dan disusun secara sistematis atau menyeluruh. Peneliti memaparkan gambaran mengenai situasi, kondisi, dan semua seluk beluk tentang aktivitas belajar mengajar di kelas, yaitu dengan membuat perencanaan, mengamati pelaksanaan tindakan, dan mengamati setiap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian maka akan diperoleh pemahaman dari setiap kegiatan yang telah dilakukan, dan kemudian adalah merencanakan kegiatan selanjutnya agar menjadi lebih baik, yaitu dengan melakukan tindakan kedua dan tindakan selanjutnya.


d. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan dapat diartikan sebagai penarikan arti dari data yang berhasil dikumpulkan dengan melibatkan pemahaman peneliti. Banyak strategi yang digunakan dalam proses ini, antara lain menggunakan perbandingan secara luas atau khusus, pencatatan-pencatatan pola-pola dan tema, pengelompokan, penggunaan metamor-metamor untuk teknik penegasan seperti Trianggulasi, pencarian khusus negatif, pengadaan tindak lanjut hal-hal yang diluar dugaan serta pemeriksaan hasil-hasil dengan informan-informan (Harun Rasyid, 2000:71)
Dari keterangan diatas, maka proses verifikasi dan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data temuan peneliti tentang penerapan strategi Matrik Ingatan dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa. Kegiatan analisis data menurut Miles dan Huberman (Harun Rasyid 2000:123) dengan model analisis data deskriptif, apabila di sajikan dalam bentuk gambar, maka proses analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
Figur 1.3 Analisis Data Model Interaktif



(Sumber : Harun Rasyid, 2000:123)
D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Data yang berhasil dikumpulkan tidak selamanya mengandung unsur kebenaran dan sesuai dengan fokus penelitian. Bisa jadi maasih ada kekurangan dan kesalahan dalam data. Untuk itu diperlukan pemeriksaan keabsahan data agar data benar-benar valid/ absah.
Untuk itu peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut :
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. (Lexy J. Moleong, 2000:177)
Ketekunan pengamatan dalam penelitian ini, Peneliti mengadakan pengamatan secara cermat dan terus menerus selama penelitian berlangsung. Pengamatan ini dilakukan secara berkesinambungan terhadap fenomena penerapan strategi metrik ingatan dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) kelas VIII di MTs. Islamiyah Pontianak.
2. Triangulasi
Membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, dengan jalan membandingkan hasil tes soal SKI sebelum dan sesudah menggunakan strategi Matrik Ingatan. Penelitian dilakukan dengan dua kali siklus tindakan. Jadi peneliti hanya membandingkan hasil tes soal antara sebelum dan setelah di lakukan treatment terhadap obyek penelitian.
3. Kecukupan Referensi
Kecakupan referensi dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku atau teori-teori yang relevan dengan fokus penelitian sehingga dapat di gunakan sebagai landasan dalam mengumpulkan data dan analisis data.




















BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Peneltian ini dilaksanakan di MTs. Islamiyah kelas VIII pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang disajikan dalam 1 jam pelajaran (60 menit) dalam satu minggu yaitu setiap hari sabtu dari jam 11.00-12.00 dengan jumlah 26 siswa. Pelaksanaan tindakan ini di lakukan 2 kali siklus dengan pokok bahasan Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim dan Perannya Dalam Kemajuan Peradaban Dinasti Al-Ayyubiyah, massing-masing siklus meliputi: siklus pertama materinya adalah tokoh ilmuwan muslim al-Bitruji dan siklus kedua materinya adalah tokoh ilmuwan muslim Nashiruddin al-Thusi, adapun strategi yang digunakan adalah strategi Matrik Ingatan, yaitu dengan menggunakan buku kelas VIII dengan materi yang disampaikan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dari bulan maret sampai bulan april sesuai dengan kesepakatan pada tahap perencanaan yang melaksanakan tindakan adalah guru mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI kelas VIII.

B. Siklus Penelitian dan Hasilnya
Sehubungan dengan penelitian ini, paparan deskripsi hasil penelitian ini meliputi: rancangan umum, pelaksanaan tindakan dan evaluasi. Rancangan umum merupakan suatu perencanaan untuk kegiatan pembelajaran secara keseluruhan yang berkembang berdasarkan pembelajaran yang sudah berjalan. Pelaksanaan tindakan adalah kegiatan yang dilakukan dalam memanipulasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan buku kelas VIII sebagai sarana dalam menjalankan strategi matrik ingatan, sedangkan proses belajar mengajar dilaksanakan seperti biasa ketika guru mengajar dengan tanpa menggunakan strategi matrik ingatan sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) rendah.
Hipotesis awal sebelum melakukan strategi Matrik Ingatan peneliti melakukan pra PTK dapat dilihat dari hasil obsevasi sebagai berikut: bahwa sebelum menggunakan strategi matrik ingatan tingkat pemahaman siswa rendah, oleh karena itu peneliti menggunakan strategi matrik ingatan pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI). Untuk membuktikan hipotesis terrsebut, maka peneliti melakukan beberapa tahapan pelaksanaan tindakan yang meliputi: tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Tindakan yang telah dilakukan dalam 2 siklus atau 2 kali tindakan ini, akan peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Pra PTK
Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan pra-PTK untuk mengetahui kondisi pembelajaran yang nyata dari siswa kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak. Pada tahapan pra PTK ini peneliti melakukan Observasi dan wawancara terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar sebelum diberi tindakan dengan guru mata pelajaran SKI kelas VIII data yang didapat dari hasil obsevasi adalah data untuk menjawab masalah penelitian.
Kegiatan dalam proses belajar mengajar pada tahap pra PTK ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 13 Maret 2010 jam 11.00-12.00 WIB, kegiatan awal dimulai membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, serta menyampaikan materi pelajaran yang akan di ajarkan. Guru menjelaskan materi pelajaran dan menanyakan kepada siswa apakah mengerti dengan materi yang dijelaskan.
Sementara guru menjelaskan siswa terlihat serius mendengarkan dan masih ada siswa yang terlihat tidak memperhatikan penjelasan gurunya. Setelah selesai menjelaskan materi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan, namun tidak ada satupun siswa yang bertanya, kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk bertanya tetapi siswa yang ditunjuk tersebut tidak bisa untuk bertanya. Kemudian guru bertanya kepada siswa tentang materi yang telah di ajarkan dan guru bertanya lagi apakah sudah jelas, siswa menjawab sudah jelas, guru memberi kesimpulan terhadap materi yang telah dijelaskan. Demikianlah proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil obsevasi yang telah dipaparkan secara singkat.
Dari hasil obsevasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar guru lebih cendrung menggunakan metode ceramah, tanya jawab. Kemudian peneliti membuat rancangan umum pelaksanaan tindakan yang akan diberikan. Tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan Strategi Matrik Ingata.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas VIII di MTs. Islamiyah Pontianak. Data yang diperoleh dari hasil obsevasi adalah untuk menjawab masalah penelitian. Selengkapnya dapat dilihat dari prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
2. Siklus Pertama
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap tindakan pertama ini peneliti awali dengan mempersiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan yaitu, berupa rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi metrik ingatan, format obsevasi dan dokumentasi.
Pada siklus pertama materi pembelajaran yang akan di ajarkan adalah tokoh ilmuwan muslim al-Bitruji. Dalam membuat reencana pelaksanaan pembelajaran di awali dengan menggunakan strategi metrik ingatan terlebih dahulu peneliti membuat perangkat yang diperlukan seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar (materi pelajaran) dan prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi metrik ingatan setelah semua perangkat terkumpul dari guru, selanjutnya peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi metrik ingatan kemudian hasil rancangan pembelajaran tersebut peneliti berikan kepada guru mata pelajaran SKI, agar beliau dapat mempelajarinya terlebih dahulu setelah itu, baru peneliti bersama guru mendiskusikan hasil tersebut guna kelancaran pada pelaksanaan nanti adapun hasil rancangan pembelajaran adalah sebagai berrikut:
a) Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam dan memulai pembelajaran dengan membaca basmalah
2) Guru menyampaikan acuan materi serta tujuan pembelajaran
3) Guru melakukan Appersepsi
4) Guru mengajukan satu pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sebagai Pre-test
5) Guru memberikan motivasi awal kepada siswa
b) Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi pembelajaran Guru menggunakan strategi Matrik Ingtan dalam pembelajaran
2) Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah siswa.
3) Guru membagikan hand out yang berisi Matrik Ingatan kepada setiap kelompok
4) Guru membuat satu Matrik kosong yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris di papan tulis.
5) Guru menjelaskan strategi Matrik Ingatan kepada siswa. Kemudian guru memastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul baris
6) Guru mengisi satu ruang yang kosong dengan fakta atau konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan.
7) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk membaca buku paket yang berkenaan dengan materi pelajaran
8) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris yang tersedia pada Matrik Ingatan sesuai dengan materi yang ada di buku pelajaran.
9) Setelah selesai di isi oleh siswa guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja Matrik Ingatannya dan mengoreksinya
c) Kegiatan Akhir
1) Guru menyuruh siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan
2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa
3) Guru mengucapkan hamdalah dan mengakhiri pelajaran dengan salam.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pertama dilakukan pada hari sabtu tanggal 20 Maret 2010 pada jam 11.00-12.00 WIBA dengan jumlah siswa 26 orang. Peneliti dan guru mata pelajaran masuk kelas VIII siswa duduk dengan tenang untuk memulai pelajaran, guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dengan sempurna, siwa menjawab salam tersebut dengan sempurna. Guru membuka pelajaran dengan membaca basmalah bersama-sama. Guru menyampaikan acuan materi serta tujuan pembelajaran. Guru melakukan appersepsi kepada siswa tentang pelajaran minggu lalu. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sebagai pre-test kemudian guru memberikan motivasi awal kepada siswa setelah selesai guru menjelaskan materi pembelajaran tentang tokoh Ilmuwan Muslim al-Bitruji, setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran tersebut guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah siswa, setelah dibagi menjadi kelompok kecil guru membagikan hand out kepada setiap kelompok. Guru membuat satu metrik kosong di papan tulis yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris. Guru menjelaskan stategi Matrik Ingatan kepada siswa, kemudian guru memastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dan judul baris. Guru mengisi satu ruang yang kosong dengan fakta atau konsep yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan. Guru meminta untuk membaca buku pelajaran yang berkeenaan dengan materi tokoh ilmuwan muslim al-Bitruji. Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris yang tersedia pada metrik ingatan sesuai dengan materi yang ada dibuku pelajaran, setelah selesai di isi oleh siswa guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja matrik ingatannya dan mengoreksinya. Guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi yang telah di ajarkan. Guru memberikan evaluasi kepada siswa dan mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam. Di akhir pembelajaran barulah diadakan pengukuran atau evaluasi dari tindakan dengan mengerjakan soal pilihan ganda
3. Pengamatan (Observating)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan atas apa yang peneliti lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini adalah proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan menggunakan Strategi Matrik Ingatan, menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan yakni dengan menggunakan lembar/ pedoman observasi dengan dilengkapi catatan lapangan dan dokumentasi sehingga diperroleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan.
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang berlangsung dikelas pada tindakan pertama ini, dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan basmalah bersama-sama, Ketika guru melakukan appersepsi dengan menanyakan pelajaran mnggu lalu, inisiatif siswa mempelajari materi pelajaran yang belum dan akan di ajarkan dinilai cukup baik, karena ada siswa yang bisa menjawab appersepsi guru.
2) Pada awal pembelajaran guru meminta kepada siswa untuk membuka buku pelajaran yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang akan dibahas guru sudah melaksanakannya sesuai dengan perencanaan
3) Pada saat proses pembelajaran dikelas, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran guru dinilai baik, pada saat guru menjelaskan materi tentang tokoh ilmuwan Muslim Al-Bitruji, siswa memperhatikan penjelasan guru.
4) Pada saat guru membagikan hand out yang berisikan strategi Matrik Ingatan kepada siswa, siswa terlihat sangat antusias.
5) Pada saat guru membuat metrik ingatan di papan tulis dan menjelaskan cara mengisi strategi Matrik Ingatan, sebagian siswa ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga ada siswa yang kebingungan.
6) Pada saat guru meminta kepada siswa untuk mengerjakan metrik ingatan, siswa masih kebingunggan dalam mengerjakan metrik ingatan dan sebagian siswa meminta kepada guru untuk dijadikan pekerjaan rumah dan ada siswa yang tidak mengerjakan sehingga suasana kelas menjadi ribut. Dan selain itu waktu yang diberikan guru hanya 10 menit.
7) Pada saat guru meminta siswa untuk membacakan hasil kerja metrik ingatannya, siswa masih menunjuk kawannya bahkan takut untuk membacakan hasil kerja kelompoknya.
8) Pada saat guru mengklarifikasi hasil kerja kelompok, siswa dinilai cukup baik karena sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru.
9) Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa dinilai kurang baik karena siswa tidak ada yang bertanya kecuali ditunjuk oleh guru.
10) Pada tahap penyimpulan materi, siswa dinilai kurang karena belum mempunyai inisiatif sendiri untuk menyimpilkan materi.
4. Refleksi (Reflekting)
Secara umum, semua rencangan pembelajaran telah dilaksanakan sepenuhnya, namun terdapat beberapa hal yang perlu di diskusikan dan diperbaiki antara peneliti dan guru untuk pembelajaran berikutnya, yaitu guna mencapai tingkat pemahaman siswa yang lebih baik lagi.
Dilihat dari aktivitas pembelajaran dikelas, pada tindakan pertama ini masih belum optimal. Pada awal pembelajaran guru sudah memberikan motivasi awal kepada siswa, namun perlu ditinkatkan lagi agar siswa lebih serius mengikuti proses pembelajaran berlangsung
Dalam menerapkan strategi pembelajaran khususnya pada tahap guru meminta siswa untuk mengerjakan Matrik Ingatan kepada siswa guru kurang menjelaskan cara mengisi metrik ingatan dan guru membatasi waktu 10 menit sehingga siswa ribut dan meminta guru untuk dijadikan pekerjaan rumah hal ini perlu dilakukan perbaikan untuk tindakan berikutnya yaitu membatasi waktu menjadi 15 menit, menjelaskan tatacara mengisi metrik ingatan dengan baik sehingga siswa dapat memahami cara mengisi metrik ingatan.
Pada tahap mengklarifikasi hasil kerja Matrik Ingatan dan menjelaskan materi, guru dinilai kurang, terlihat siswa tidak memperhatikan apa yang dijelaskan guru, pengelolan kelas dengan baik sehingga tidak lagi ada siswa yang ribut.
Guru dinilai sudah baik dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan pendapat mengenai materi hal ini harus lebih dibangun lagi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pada tahap menyimpulkan materi pelajaran, guru dinilai cukup baik, walaupun siswa belum mempunyai inisiatif untuk menyimpulkan materi pelajaran, kecuali diminta oleh guru.

3. Siklus Kedua
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada siklus ke II ini peneliti mempersiapkan segala perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan seperti pada siklus sebelumnya yaitu, berupa rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan format obsevasi dan dokumentasi.
Dalam membuat reencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi metrik ingatan terlebih dahulu peneliti membuat perangkat yang diperlukan seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar (materi pelajaran) dan prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan setelah semua perangkat terkumpul dari guru, selanjutnya peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan kemudian hasil rancangan pembelajaran tersebut peneliti berikan kepada guru mata pelajaran SKI, agar beliau dapat mempelajarinya terlebih dahulu setelah itu, baru peneliti bersama guru mendiskusikan hasil tersebut guna kelancaran pada pelaksanaan nanti adapun hasil rancangan pembelajaran adalah sebagai berrikut:

a) Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam dan memulai pembelajaran dengan membaca basmalah
2) Guru menyampaikan acuan materi serta tujuan pembelajaran
3) Guru melakukan Appersepsi
4) Guru mengajukan satu pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sebagai Pre-test
5) Guru memberikan motivasi awal kepada siswa
b) Kegiatan inti
1) Guru menjelaskan materi pembelajaran Guru menggunakan strategi Matrik Ingtan dalam pembelajaran
2) Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah siswa.
3) Guru membagikan hand out yang berisi Matrik Ingatan kepada setiap kelompok
4) Guru membuat satu Matrik kosong yang terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris di papan tulis.
5) Guru menjelaskan strategi Matrik Ingatan kepada siswa. Kemudian guru memastikan kesesuaian atau keserasian antara judul kolom dengan judul baris
6) Guru mengisi satu ruang yang kosong dengan fakta atau konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah disampaikan.
7) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk membaca buku paket yang berkenaan dengan materi pelajaran
8) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengisi kolom-kolom yang kosong sesuai dengan judul kolom dan judul baris yang tersedia pada Matrik Ingatan sesuai dengan materi yang ada di buku pelajaran.
9) Setelah selesai di isi oleh siswa guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja Matrik Ingatannya dan mengoreksinya
c) Kegiatan akhir
1) Guru menyuruh siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan
2) Guru memberikan evaluasi kepada siswa
3) Guru mengucapkan hamdalah dan mengakhiri pelajaran dengan salam.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan ke II ini dilakukan pada hari sabtu Tanggal 27 Maret 2010 yaitu pada pukul 11.00-12.00 WIB dengan siswa berjumlah 26. pada tindakan ke II ini materinya yaitu tokoh ilmuwan muslim Nashiruddin al-Thusi.
Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dengan sempurna, siwa menjawab salam tersebut dengan sempurna. Guru membuka pelajaran dengan membaca basmalah bersama-sama. Guru menyampaikan acuan materi, tujuan pembelajaran serta menyampaikan SK/KD kepada siswa. Guru melakukan appersepsi kepada siswa tentang pelajaran minggu lalu. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sebagai pre-test kemudian guru memberikan motivasi awal kepada siswa setelah selesai guru menjelaskan materi pembelajaran tentang tokoh ilmuwan muslim Nashiruddin al-Thusi
Setelah guru selesai menjelaskan materi tentang tokoh ilmuwan muslim Nashiruddin al-Thusi, guru membagi kelompok kecil menjadi 5 kelompok, setelah itu guru membagikan hend out kepada setiap kelompok yang berisikan matrik ingatan, guru mejelaskan cara mengisi metrik ingatan kepada siswa, siswa pun sudah tidak banyak lagi yang kebingungan untuk mengerjakan metrik ingatan, kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan metrik ingatan dengan acuan materi yang sudah dijelaskan. Kemudian guru mengklarifikasi hasil kerja metrik ingatan setiap kelompok. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa .untuk bertanya, dan menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa yang lainya.
Di akhir pembelajaran barulah diadakan pengukuran atau evaluasi dari tindakan dengan mengerjakan soal pilihan ganda.
3. Pengamatan (Observating)
Dari hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan atau aktivitas belajar siswa yang berlangsung dikelas pada tindakan ke II pertemuan ke dua ini, dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Observasi Terhadap Aktivitas Pembelajaran pada Mata Pelajaran SKI Materi Tokoh Ilmuwan Muslim Nashiruddin al-Thusi dengan Menggunakan Strategi Matrik Ingatan
1) Membuka pelajaran, sepenuhnya telah dilaksanakan oleh Guru baik motivasi dan appersepsi telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.
2) Pada awal pembelajaran guru meminta kepada siswa untuk membuka buku pelajaran yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang akan dibahas guru sudah melaksanakannya sesuai dengan perencanaan.
3) Pada saat guru menjelaskan materi, guru sudah melaksanakan sesuai dengan perencanaan.
4) Pada saat guru membagi kelompok, guru dinilai sudah baik terlihat siswa langsung melaksanakannya dengan baik.
5) Guru membuat Matrik Ingatan di papan tulis, guru telah melaksankan sesuai perencanaan dan meminta siswa untuk mengerjakan strategi Matrik Ingatan siswa langsung mengerjakannya dengan baik dengan antusiasnya siswa mengisi Matrik Ingtan
6) Guru membatasi waktu siswa 15 untuk mengerjakan metrik ingatan, guru sudah melaksanakan sesuai perencanaan.
7) Pengelolaan kelas guru dinilai baik hal ini terlihat tidak ada siswa yang ribut dan berbicara diluar konteks pelajaran
8) Pada tahap guru meminta kepada siswa untuk membacakan hasil kerja metrik ingatannya, siswa langsung membacanya. Guru telah melaksanakannya sesuai perencanaan
9) Pada tahap mengklarifikasi hasil kerja metrik ingatan dan menjelaskan materi, guru dinilai sudah baik, terlihat siswa memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.
10) Pada tahap guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru dinilai sudah baik hal ini terlihat siswa sudah ada yang bertanya.
11) Guru dinilai sudah baik dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan pendapat dan sanggahan mengenai materi yang telah dijelaskan
12) Pada tahap menyimpulkan materi pelajaran, guru dinilai cukup baik, siswa sudah mempunyai inisiatif untuk menyimpulkan materi pelajaran.
13) Setelah pembelajaran selesai guru memeberikan evaluasi, yaitu mengisi soal pilihan ganda hal ini untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa.
14) Setelah selesai guru menkutup pelajaran dengan membaca hamdalah dan mengakhiri dengan salam.
4. Refleksi (Reflekting)
Dilihat dari aktivitas pembelajaran dikelas, pada tindakan ke II pertemuan ke dua ini sudah optimal. semua pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik
Pada tahap guru mengklarifikasi hasil kerja metrik ingatannya, menjawab pertanyaan dari teman dan guru, dan memberikan pendapat kepada guru mengenai materi siswa dinilai sudah sangat baik karena siswa sudah mempunyai keberanian, tanpa perlu diminta oleh guru.
Dalam menerapkan strategi pembelajaran khususnya pada tahap guru meminta siswa untuk mengerjakan metrik ingatan kepada siswa guru kurang menjelaskan cara mengisi metrik ingatan sehingga tidak ada lagi siswa yang ribut dan tidak ada lagi siswa yang meminta guru untuk dijadikan pekerjaan rumah.
Pada tahap mengklarifikasi hasil kerja Matrik Ingatan dan menjelaskan materi, guru dinilai kurang, terlihat siswa tidak memperhatikan apa yang dijelaskan guru, pengelolan kelas dengan baik sehingga tidak lagi ada siswa yang ribut.
Guru dinilai sudah baik dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan pendapat mengenai materi hal ini harus lebih dibangun lagi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pada tahap menyimpulkan materi, guru sudah melaksanakannya dengan sangat baik, guru sudah memberikan dorongan dalam menyimpulkan materi pelajaran sehingga siswa sudah mempunyai keberanian menyimpulkan materi.
Dilihat dari aktivitas mengajar guru di dalam kelas dan aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan yang segnifikan maka, tindakan kelas dihentikan.

C. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010 sebelum dilakukan tindakan kelas yang beupa strategi pembelajaran Matrik ingatan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaann Islam (SKI) hal ini dapat diketahui bahwa dari 26 siswa nilai rata-rata ulangan harian kelas adalah 58,20. Nilai terendah 40 dan nilai tetinggi 70. Dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 70 berjumlah 20 siswa atau 76,92%. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa hanya 6 siswa atau 23,07%.

D. Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan akhir siswa merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi Tokoh-tokoh ilmuwan muslim dan peranannya dalam kemajuan peradaban dinasti al-ayyubiyah. Setelah melalui proses belajar mengajar dengan tindakan kelas berupa strategi Metrik Ingatan selama 2 siklus dan kemudian dilaksanakan tes atau ulangan harian sebagai wujud dari hasil belajar siswa.
Nilai ulangan harian siswa kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak setelah dilaksanakan tindakan kelas melalui siklus pertama dan kedua di peroleh data nilai yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa Sebelum Dan Sesudah Tindakan Dengan Penerapan Strategi Matrik Ingatan

No
Nama Kreteria Ketuntasan Materi Nilai Sebelum tindakan Siklus
I Siklus
II
1 Ahmad Deky Fauzi 60 50 60 70
2 Anggi Sasiska Putri 60 70 70 80
3 Citra Denisa Ayu Ditta 60 60 60 70
4 Devi Kristiani 60 50 50 60
5 Dewi Indah Sari 60 60 70 70
6 Dini Raihani 60 60 70 70
7 Fatmawati 60 50 50 60
8 Ira Dristiana 60 70 80 80
9 Kurniati 60 40 60 70
10 M. Amri Irsyadi 60 70 80 90
11 M. Bayu Siswana. P 60 50 70 80
12 M. Fahrizal 60 70 80 80
13 M. Sandi Yuda 60 60 70 70
14 M. Anugrah Perkasa Sanuardi 60 60 50 70
15 Maulina Awaliyah 60 70 80 70
16 Resnu Alam 60 50 70 60
17 Rika Santika 60 70 80 70
18 Rizal Apriyandi 60 60 70 80
19 Selly Putri Oktaviani 60 40 50 70
20 Shala Qaulans 60 70 90 90
21 Sinta Prastiwi Aprianti 60 50 60 70
22 Supandi 60 60 70 70
23 Supriyansyah 60 60 80 80
24 Syarif Bukhari 60 50 70 70
25 Wanda Agustiawan 60 50 50 60
26 Yasmarinda 60 60 70 70
Jumlah 1560 1520 1760 1880
Nilai Rata-rata 60 58,46 67,69 72,30

Sumber: Hasil Olahan data Penelitian Sebelum dan Sesudah Tindakan pada Siklus I dan Siklus II pada Mata Pelajaran SKI kelas VIII MTs. Islamiyah Pntianak.

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan dapat meningkatkan nilai rata-rata ulangan harian siswa pada materi tokoh Ilmuwan Musli al-Bitruji dan tokoh Ilmuwan Muslim Nashiruddin al-Thusi, sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas ulangan harian 58,46 Nilai ini masih dibawah standar ketuntasan belajar 7,0 dan tingkat ketuntasan belajar siswa sebanyak 6 siswa atau 23,07 %.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 9,23% yakni dari 58,46 menjadi 67,69. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 70 berjumlah 9 siswa atau 34,61% Dengan demikian ketuntasan belajar siswa sebanyak 17 siswa atau 65,38% Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 4,61% dari siklus I yakni dari 67,69 menjadi 72,30 Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90 Dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 70 berjumlah 4 siswa atau 15,38% Dengan demikian ketuntasan belajar siswa sebanyak 22 siswa atau 84,81%. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan gambar nilai rata-rata kelas dari ulangan harian siswa yang diperoleh sebelum dan setelah tindakan dilakukan.

80% - 67,69 72,30
70% -
60% - 58,46
50% -
40% -
30% -
20% -
10% -
0% -
Sebelum Siklus I Siklus II
Tindakan


Figur 1.4 Nilai Rata-rata yang Diperoleh Sebelum dan Sesudah Tindakan

Berdasarkan figur 1.4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas, ulangan harian siswa kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yaitu meningkat menjadi 67,69 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 72,30 pada siklus II.
Di bawah ini disajikan juga tabel rekapitulasi dan persentase nilai hasil sebelum diadakan dan sesudah diadakan tindakan.
Tabel 1.2 Rekapitulasi Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan
Rentang
Nilai Sebelum Tindakan % Siklus
I % Siklus
II %
0-19
20-29
20-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100 -
-
-
2
8
9
6
-
- -
-
-
07%
30,76%
34,31%
23,07%
-
- -
-
-
-
5
4
10
6
1 -
-
-
-
19,23%
15,38%
38,46%
23,07%
03,84% -
-
-
-
-
4
14
6
2 -
-
-
-
-
15,38%
53,84%
23,07%
07,69%

Sumber: Hasil Rekapitulasi Nilai Ulangan sebelum dan sesudah tindakan yang diamati oleh peneliti dan guru mata pelajaran SKI Materi tokoh ilmuwan muslim pada masa dinasti Ayyubiyah Tahun Ajaran 2009/2010.



Bedasarkan tabel 1.2 dapat diketahui sebelum tindakan, siswa yang memperoleh ketuntasan belajar 70-79 sebanyak 6 siswa atau 23,07% nilai 80-100 tidak seorang siswapun yang memperoleh nilai tersebut. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar dari 0-69 sebanyak 20 siswa atau 76,92%
Setelah dilakukan tindakan siklus I, siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar dengan nilai 70-79 sebanyak 6 siswa atau 23,07% nilai 80-89 sebanyak 6 siswa atau 23,07% dan nilai 90-100 hanya 1 siswa atau 03,84%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah ketuntasan belajar dari 0-69 sebanyak 9 siswa atau 34,61%.
Pada sikuls II, siswa yang memporoleh nilai ketuntasan belajar dengan nilai ketuntasan belajar dengan nilai 70-79 sebanyak 14 siswa atau 53,84%, nilai 80-89 sebanyak 6 siswa atau 23,07% dan nilai 90-100 sebanyak 2 siswa atau 07.69% Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar dari 0-69 sebanyak 4 siswa atau 15,38%.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan tabel dan gambar persentase jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebelum tindakan dan sesudah tindakan sebagai beikut:




Tabel 1.3 Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal
No
Keterangan Jumlah
Siswa Nilai Rata-Rata
Kelas Ketuntasan
Belajar
0-69 70-100
1 Sebelum Tindakan 26 76,92%
(20 siswa) 23,07%
(6 siswa) 58,46 23,07%
2 Siklus I 26 34,61%
(9 siswa) 65,38%
(17 siswa) 67,69 65,38%
3 Siklus II 26 15,38%
(4 siswa) 84,61%
(22 siswa) 72,30 84,61%

Sumber: Hasil Persentase Nilai Ulangan Harian sebelum dan sesudah tindakan yang diamati oleh Peneliti pada Mata pelajaran SKI materi tokoh ilmuwan muslim pada masa dinasti Al-Ayyubiyah Tahun Ajaran 2009/2010.

Dari tabel 1.3 dapat diketahui sebelum tindakan, siswa yang memporoleh nilai 70 ke atas atau yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa atau 23,07%, setelah diadakan tindakan pada siklus I siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar naik menjadi 11 siswa atau 42,30%. Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar bertambah menjadi 22 siswa atau 84,61% .
Tabel 1.3 menunjukkan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa dan jumlah siswa yang tuntas belaja secara klasikal setelah dilakukan tindakan. Untuk lebih jelasnya, maka ditampilkan pada figur 1.5 sebagai berikut:



Siklus II - 22 siswa

Siklus I - 17 siswa

Sebelum - 6 siswa
Tindakan
0 4 8 12 16 20 24 28

Figur 1.5. Jumlah Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar Sebelum dan Sesudah Tindakan


Figur 1.5. menunjukkan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebanyak 6 siswa, dan pada tindakan yang dilaksanakan dengan 2 siklus, yang mana pada siklus I menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi 17 siswa.Tapi pada siklus II tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat draktis menjadi 22 siswa.

E. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan peranannya dalam kemajuan dinasti Al-Ayyubiyah adapun sub materi yang diajarkan adalah tokoh ilmuwan muslim Al-Bitruji pada silklus I sedangkan pada siklus II adalah tokoh ilmuwan muslim Nashiruddin al-Thusi . Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran SKI kelas VIII dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dilakukan terdiri 2 siklus, 2 kali pertemuan dalam 1 siklus dan ditambah 1 kali pertemuan untuk dilakukan tes atau ulangan harian.
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi, Permasalahan dalam pembelajaan sejarah kebudayaan islam SKI yang membuat peneliti tertarik untuk mencari penyebab dan solusi yang terbaik dengan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah rendahnya nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa dan sedikitnya siswa yang mencapai standar nilai ketuntasan pada mata pelajaran SKI. Setelah melakukan observasi awal diketahui, bahwa guru dalam proses pembelajarannya belum dapat mengoptimalkan kemampuan siswa untuk dapat menarik minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI karena guru masih dominan menggunakan metode konvensional dan jarang mengadakan variasi sehingga menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan siswa menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Dengan demikian dengan menggunakan strategi Metrik Ingatan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI, yang mana membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta meningkatkannya hasil nilai ulangan harian siswa.
Dalam pelaksanaan tindakan, guru menginformasikan tentang materi yang disampaikan dengan menggunakan strategi Metrik Ingatan lebih membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru serta memotivasi siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi lebih hidup dan aktif. Pada pelaksanaan tindakan ini telah mengalami kemajuan yang cukup memuaskan. Hal ini dilihat dari keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang bebicara di luar kontek pelajaran serta ada juga yang hanya berdiam diri.
Adapun hal-hal yang ditemukan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa mulai tertarik dengan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Matrik Ingatan
2. Siswa mulai berani mengaktifkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran dengan mulai mau bertanya kepada guru tentang materi pelajaran.
3. Waktu yang tersedia kurang memadai, sehingga dalam pelaksanaannya kurang sesuai dengan urutan rencana yang telah ditetapkan.
4. Hasil pelaksanaan tindakan belum menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas ulangan harian setelah dilakukan tindakan belum mencapai target indikator kinerja yang telah direncakan, yaitu minimal 60% siswa mendapat nilai ulangan harian minimal 70 dan hasil ulangan harian setelah tindakan pada siklus I siswa memperoleh nilai > 70 sebanyak 17 siswa atau 65,38%. Ini berarti bahwa untuk siklus I belum mencapai target yang telah ditentukan. Tetapi telah mengalami peningkatan pada siklus II yakni siswa yang memperoleh nilai > 70 sebanyak 22 siswa atau 84,61%.
F. Uji Hipotesis
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka pembuktian hipotesis yang ditetapkan sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 1.4 Daftar Nilai Belajar pada Mata Pelajaran SKI Materi tokoh ilmuwan muslim pada masa dinasti Ayyubiyah di Kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010

Indikator Kinerja Tindakan Indikator Siklus I Pencapaian Siklus I Indikator Siklus II Pencapaian Siklus II
Ketuntasan Secara Klasikal 60% 67,69% 70% 72,30%

Sumber: Hasil Data Olahan yang Dilakukan Oleh Peneliti Pada Mata Pelajaran SKI Materi Tokoh Ilmuwan Muslim pada Masa Dinasti Ayyubiyah Tahun Ajaran 2009/2010.

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa padaa siklus I indikator nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa yang dapat melalui nilai ulangan harian sesuai dengan standar kompetensi yaitu 70 dan indikator ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 60%. Setelah dilakukan tindakan, maka hasil belajar yang dicapai siswa secara klasikal mencapai 67,69%. Dengan demikian pada siklus I indikator hasil belajar belum tercapai.
Sedangkan pada siklus II indikator nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa yang didapat melalui nilai ulangan harian sesuai dengan standar kompetensi yaitu 70 dan indikator ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 70%. Setelah dilakukan tindakan, maka hasil belajar yang dicapai siswa secara klasikal mencapai 72,30%. Dengan demikian pada siklus II indikator hasil belajar sudah tercapai.
Dari hasil yang diperoleh, maka rumusan hipotesis terbukti dengan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai ulangan harian setelah tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan Strategi Matrik Ingatan pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam materi tokoh-tokoh ilmuan muslim pada masa dinasti Ayyubiyah terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran SKI dan hasil belajar siswa kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak Tahun Ajaran 2009/2010.


















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada penelitian tindakan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai beriktu:
1. Proses pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas VIII MTs. Islamiyah Pontianak sebelum di lakukan tindakan, guru cendrung menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran yaitu; metode ceramah dan tanya jawab, sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa dari 26 siswa nilai rata-rata ulangan harian kelas dengan persentase 58,46%. Nilai terendah 40 dan nilai tetinggi 70. Dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 7,0 berjumlah 20 siswa atau 76,92%. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa hanya 6 siswa atau 23,07%.
2. Strategi Metrik Ingatan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI, peninngkatan itu ditandai dengan hasil belajar siswa dari siklus pertama dan siklus ke dua. Kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan sub pokok bahasan tokoh Ilmuawan Muslim al-Bitruji pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 9,23% yakni dari 58,46% menjadi 67,69%. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 70 berjumlah 9 siswa atau 34,61% Dengan demikian ketuntasan belajar siswa sebanyak 17 siswa atau 65,38%. Sedangkan pada siklus II dengan sub pokok bahasan tokoh Ilmuwan Muslim Nashiruddin al-Thusi, nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 4,61% dari siklus I yakni dari 67,69% menjadi 72,30% Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90 Dari 26 siswa yang belum mencapai nilai 7,0 berjumlah 4 siswa atau 15,38% Dengan demikian ketuntasan belajar siswa sebanyak 22 siswa atau 84,81%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran SKI dan menarik minat siswa, sebaiknya guru mata pelajaran SKI menggunakan metode yang bervariasi di antaranya pembelajaran aktif yakni menggunakan strategi pembelajaran seperti strategi Matrik Ingatan agar dapat menciptakan suasana belajar menjadi kondusif dan menyenangkan sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
2. Memberikan motivasi kepada para siswa dalam mengemukakan pendapatnya melalui berbagai cara agar siswa tidak merasa malu atau takut untuk bertanya dan guru hendaknya dapat membimbing dan lebih memperhatikan siswa yang pasif dan lemah dalam memahami materi pelajaran baik secara individual maupun secara kelompok
3. Strategi Matrik Ingatan merupakan strategi pembelajaran yang bisa menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan kasil belajar siswa sihingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

































DAFTAR PUSTAKA


Abdul Rahman Abror, 1993, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, 1997. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka Setia

Anas Sudijono, 1998. Pengantar Evaluasi pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Armai Arif, 2002, pengantar imu dan metodologi pendidikan islam, Jakarta: Ciputat Pers.

B. Suryo Subroto. 2005, Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Renika Cipta.

DEPDIKNAS, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan,2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarata.

Farouk Muhammad. H. Djali, 2005, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PTIK Pres. Retu Agung.

Hadari Nawawi, 1991, Metodelogi Penelitian Bidang Sosial, yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Harjanto, 2005, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Reneka Cipta.

Harun Rasyid. 1999. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosada Karya.

Hamzah B. Uno, 2008, Model Pembelajaran Menciptakan Proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, Jakarta : Bumi Aksara.

Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani,2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD (Center For Teaching Staff Development)

R. Ibrahim, Nana Syaodih S, 2003, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Reneka Cipta

Ibrahim. R, Nana Syaodih, 2003, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Renika Cipta.

Iin tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, 2004, Observasi dan wawancara, Malang: Banyumedia Publishing.

Isjoni, M.Si. dkk, 2007, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia malaysia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
John M. Echols dan Hassan Shadily, 2000, Kamus Ingris Indonesia, Jakarta: PT. Gramidia Pustaka utama.

Lexy J. Moleong, 2000, Metode Kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya.


Muhibbin Syahh, 2004, Psikologi Belajar, jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Nana Sudjana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung PT Remaja Rosda Karya.

Sardiman A.M, 2001, Interakasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Oemar Hamalik. Dr. Prof. 2006, proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

Subiono 1987, Konstruksi Analisis Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan Pengukuran, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Sugiyono. 2007, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta

Sumardi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syaiful Bahri Djamarah. Aswan zaini. 2006. strategi belajar mengajar (edisi revisi). Jakarta: PT. Reneka Cipta.

-------------- 1999, Strstegi Belajar Mengajar. Jakarta: Renika Cipta

Tri Kurnia Nurhayati,2005, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Dengan Ejaan Yang Disempurnakan, Jakarta: Eska Media.


Zainal Aqib, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Yrama Widya.

W. Gulo, 2004. strategi belajar mengajar, Jakarta: PT Grasindo

Wasty Soemanto, 2006, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta : reneka cipta.

Wina Sanjaya. Dr. M.Pd. 2008, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar